Waspadai Modus Penipuan Bermodus
“Mengurus Perkara” di MA
Untuk Yakinkan Korban, si Penipu Membuat Rekening Bank dengan Identitas Palsu
atas Nama Pejabat MARI
Maraknya Oknum-Oknum yang berprilaku " Makelar Kasus (MARKUS)" dengan motif mengaku sebagai "Orang Dalam" atau Orang yang memiliki jaringan kedalam di Mahkamah Agung RI yang mampu mengurusi dan memperjuangkan Perkara tentu untuk memperoleh Kemenangan dalam berperkara di Tingkat KASASI atau PENINJAUAN KEMBALI (PK), Membuat MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA gerah, melalui Panitera Mahkamah
Agung, Soeroso Ono, mengingatkan masyarakat agar tidak mempercayai
oknum yang menawarkan bantuan “memenangkan” perkara di Mahkamah Agung.
Soeroso memastikan tawaran bantuan untuk mengurus perkara adalah modus
penipuan yang menyasar para pihak yang sedang berperkara di MA. Untuk
memuluskan aksinya, sang penipu mengaku panitera pengganti yang
menangani perkaranya. Bahkan tidak tanggung-tanggung, modus terakhir ini
sang Penipu pun membuat rekening bank dengan identitas palsu atas nama
panitera pengganti yang bersangkutan.
Soeroso menyampaikan hal tersebut Senin sore (21/04) di ruang kerjanya, setelah menerima laporan, Victor Togi Rumahorbo, salah seorang panitera pengganti yang namanya disalahgunakan. Sang penipu, kata Panitera, menghubungi pihak dalam perkara 643 PK/PDT/2013 dengan mengaku panitera pengganti yang menangani perkara tersebut. Ia berjanji akan membantu untuk memenangkan perkara di MA. Selanjutnya, sang penipu menghubungi kembali korban dan menyampaikan bahwa perkaranya telah diputus sesuai “keinginan”. Untuk meyakinkan korban, si Penipu memberikan selembar kertas seolah dokumen resmi MA. Dalam “dokumen jadi-jadian” tersebut ada informasi mengenai identitas perkara dan amar putusan. Dibawah dokumen tersebut ada tanda-tangan hakim ketua dan panitera pengganti dengan setempel di bagian tanda tangan ketua majelis.
Soeroso menyampaikan hal tersebut Senin sore (21/04) di ruang kerjanya, setelah menerima laporan, Victor Togi Rumahorbo, salah seorang panitera pengganti yang namanya disalahgunakan. Sang penipu, kata Panitera, menghubungi pihak dalam perkara 643 PK/PDT/2013 dengan mengaku panitera pengganti yang menangani perkara tersebut. Ia berjanji akan membantu untuk memenangkan perkara di MA. Selanjutnya, sang penipu menghubungi kembali korban dan menyampaikan bahwa perkaranya telah diputus sesuai “keinginan”. Untuk meyakinkan korban, si Penipu memberikan selembar kertas seolah dokumen resmi MA. Dalam “dokumen jadi-jadian” tersebut ada informasi mengenai identitas perkara dan amar putusan. Dibawah dokumen tersebut ada tanda-tangan hakim ketua dan panitera pengganti dengan setempel di bagian tanda tangan ketua majelis.
Bukti kirim ke rekening dengan
identias palsu atas nama pejabat MA (kiri) dan dokumen informasi
perkara palsu (kanan) yang digunakan untuk mengelabui korban. [foto:
margi purwandani]
Karena telah berhasil membantu, si
Penipu pun meminta imbalan sejumlah uang. Si penipu sudah mempersiapkan
sebuah rekening di Bank BNI dengan identitas palsu atas nama Victor
Togi Rumahorbo dengan nomor rekening 031099860. Ia meminta korban untuk
mentransfer sejumlah uang ke rekening tersebut, korban pun terperdaya.
“Salah seorang korban telah menyetor uang lima puluh juta ke rekening tersebut pada tanggal 7 April 2014”, ujar Panitera MA sambil menunjukkan fotokopi bukti transfer.
Menurut Panitera, selain Victor Togi Rumahorbo, Hakim Agung Habiburrahman juga menjadi korban pencatutan namanya.
“Dia pun sudah membuat sebuah rekening BNI Nomor 0320106344 atas nama Habiburrahman, dan kami ditunjukkan bukti bahwa telah ada yang menjadi korban dengan mengirimkan ke nomor rekening tersebut uang lima puluh juta rupiah”, papar Panitera MA.
Menyikapi kasus penipuan tersebut, Panitera Mahkamah Agung memberikan tips agar masyarakat terhindar dari penipuan.
1. Jangan Percaya Rayuan Mengurus Perkara
Menurut Panitera, MA dalam memeriksa perkara berdasarkan hukum dan keadilan. Tidak ada fihak manapun yang bisa mengintervensi MA dalam mengadili perkara. Jika ada oknum yang mengaku bisa membantu memenangkan perkara di MA, bisa dipastikan itu adalah Penipu. Jangan percaya pada jani dan rayuannya.
“Siapapun Dia, jika berjanji akan memenangkan perkara pasti ia penipu”, tegas Panitera. Panitera menegaskan bahwa tanpa “diurus” jika menurut hukum seseorang di pihak yang benar, maka perkaranya akan dimenangkan.
2. Mendasarkan Informasi di Sistem Informasi Kepaniteraan MA
Mahkamah Agung memiliki sistem informasi berbasis website untuk menyajikan informasi kepada publik. Untuk informasi penanganan perkara publik bisa mengakses di website http://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/perkara. Sedangkan untuk informasi putusan, publik bisa mengakses di website http://putusan.mahkamahagung.go.id . Mahkamah Agung tidak memberikan informasi cetak kepada pihak yang diambil dari kedua sistem informasi tersebut.
Dalam kasus yang dilaporkan oleh Victor Togi, berdasarkan “dokumen jadi-jadian” perkara 634 PK/PDT/2013 telah diputus pada tanggal 26 Maret 2014 dengan amar kabul. Ketika dibuka di website, perkara tersebut ternyata masih dalam pemeriksaan majelis.
“jika ada kasus serupa, diharap masyarakat melakukan pengecekan di website kepaniteraan”, ungkap Panitera.
3. Dokumen Resmi Pengadilan Disampaikan oleh Petugas Pengadilan
Panitera MA mengingatkan bahwa semua dokumen resmi pengadilan seperti relas pemberitahuan, salinan putusan, petikan putusan disampaikan oleh petugas pengadilan. Mahkamah Agung tidak melakukan komunikasi langsung dengan pihak berperkara terkait pengiriman dokumen tersebut.
Jika ada yang mengaku petugas pengadilan yang hendak menyampaikan dokumen, untuk kehati-hatian agar petugas tersebut diminta menunjukkan identitas kepegawaian bahwa dirinya adalah petugas pengadilan.
4. Laporkan ke MA jika ada Oknum dan Dokumen yang Mencurigakan
Jika ada oknum yang menawarkan jasa memenangkan perkara di Mahkamah Agung, atau membawa dokumen yang berisi informasi perkara dengan meminta sejumlah uang agar melaporkan ke Mahkamah Agung. Nomor telpon yang bisa dihubungi adalah 021-3843348, 3810350, 3457661 atau fax 021-3842680 atau email ke kepaniteraan.mari@gmail.com. [an]
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.